17 Maret 2009

SEBERAPA SERIUS


Hai kamu!
Sudah sungguh-sungguhkah mempersiapkan?
Hai kamu!
Sudah memberi yang terbaikkah di setiap waktu?
Hai kamu!
Sudah sempatkah diam sejenak untuk merenung?
Hai kamu!
Sudah sibukkah dengan perangkat perangmu untuk nanti?
Hai kamu!
Sudah memaksimalkan perankah di samping orang-orang terdekat?
Hai kamu!
Seberapa sungguh-sungguh ibadah dan bekalmu untuk bertemu dengan yang SATU?
Hai kamu!
Seberapa dekat sekarang dengan sang MAHA?
Hai kamu!
Betapa malunya….
Tak sempat berlisan syukur dengan segala!

SIANG PANAS MENULAR


Lagi enak makan, suami sudah jemput. Rencana mau survey harga keperluan rumah tangga ke supermarket deket kantor. Jreng! Naik motor. Motor melaju. Lewat jalan pintas, ga taunya ada yang pesta nikah, puter balik, lewat jalan lain yg agak jauh. Pas ditengah2 jalan (perkiraan). Dari arah depan macet, dari arah belakang macet. Ditengah-tengah ada dua mobil berpapasan saling meminta jalan agak luas untuk melaju. Sibuklah parkir-er dadakan mengatur. Jalan sudah lowong, tapi kok masih macet. Lha, ga taunya sopir mobil putih dan sopir mobil ijo malah yang papasan di tengah kemacetan malah ngobrol dengan asyik, padahal jalan udah selebar kendaraan untuk lewat…Panas…panas…wqW%&#*%)#*!)(!..
Ada ya yang sibuk dengan kepentingan pribadi gitu, secara mereka bisa saling say hello aja dan nerusin di rumah salah satunya atau pan ada ponsel, janjian aja gitu. Eh malah di tengah krodit macet, sibuk ngobrol.
Duh fenomena!

13 Maret 2009

BERBAGI ANAK


Pra jadi ibu

Kita dulu adalah beberapa sahabat bermain (ke mall, ke tempat rekreasi, ke rumah masing-masing untuk masak bareng). Kita teman yang saling melengkapi satu sama lain. Yang satu ngutang, yang satu bayarin. Yang satu sakit, yang lain nengok, yang satu sakit hati yang lain siap-siap membalas sakit hati (Halagh!).
Kita juga hampir seusia, antara 20 – 30 tahun. Suka berdiskusi tentang apa saja. Suka berbincang tentang hal remeh temeh maupun serius, Mencoba makanan dan cafĂ© baru. Atau sekedar cuci mata di took-toko buku.
Kita kemudian segera menikah (karena jodoh dan usia sudah datang tepat pada waktunya), tinggal satu yang masih suka melajang (being single is happy too, katanya). Yang satu lagi belum menikah lagi (sedang kita doakan bersama agar bisa berjumpa dengan jodohnya dunia akhirat, Amiin).
Kita kemudian terpisah oleh rumah yang berjauhan dan kantor yang tidak sama lagi. Ada juga yang memutuskan untuk jadi ibu rumah tangga seutuhnya (berkarir di rumah).
Kita kemudian hamil (9 bulan), melahirkan dengan cara normal maupun Caesar. Tapi anak-anak yang kami lahirkan amatlah sehat dan cantik dan ganteng seperti orangtua dan teman-temannya.


Sudah jadi Ibu
Kita sekarang berubah status. Dari lajang menjadi menikah. Dari pasangan romantis menjadi pasangan Ayah-Ibu, Ambu-Abah, Ayah-Bunda. Para orangtua menjadi Kakek-Nenek, Eyang Uti-Eyang Kakung. Para sahabat lajang menjadi Uwa, Pakde, Bude dan Paman. Juga menjadi tante dan om.
Kita sekarang mulai suka reunian. Bertemu secara terjadual (walaupun harus lama mengatur jadual ketemu ini). Berkasih sayang, bersilaturahmi, bercengkrama, dan makan bersama atau sekedar bincang-bincang. Topik pembicaraan berubah menjadi : urusan rumah tangga, anak atau suami.
Kita adalah para ibu yang membawa buah hatinya (usia 4 bulan, 8 bulan dan 9 bulan, serta 1 tahun) kemana-mana. Termasuk acara reuni.
Kita berbagi anak. Saya menggendong anaknya teman, teman menggendong anaknya teman yang lain, teman yang lain menggendong anak saya. Berbagi anak. Berbagi gendongan dan kasih sayang ikatan ukhuwah yang dikarenakan bernama Persahabatan.
Kita selalu bahagia, bagaimanapun kondisinya.Kita bersahabat, sekarang dan selamanya