28 September 2012

Seri Parenting Rava : Ketulusan

Sesore itu dia menunggu kami datang di kursi hijaunya. Ongkang-ongkang kaki sambil tak lepas matanya memperhatikan layar 21 inch di depannya. Apakah Rava termasuk generasi penggemar televisi? Uhm, bisa ya..bisa tidak. Karena yang dia serap dari iklan dan tayangan hanya yang baik-baik saja (saat ini). Dan sudah diajarkan bahwa sesuatu yang tidak pantas dilihat (iklan2 gadis cantik ituh...)adalah hal yang 'menjijikan'.

Bagaimanapun sebagai orangtua, harus menyelamatkan hati dan matanya dari hal-hal yang bakal merusak.

Itu satu hal. Yang lainnya adalah soal ketulusan.

Kita datang. Dia berlari ceria, tersenyum...berteriak,"Ayah...ibu...!" Lalu sibuk berceloteh.
Tak lama setelah kita kelelahan dan terduduk di kursi. Rava bergerak memijit bahu, tangan dengan tenaga seadanya.

Apa yang bisa seorang ayah dan ibu rasakan?
Sungguh ketulusan seorang anak 4 tahun yang luar biasa. Dan hebatnya lagi..semua itu diberikan Allah kepada makhluk kecil itu dengan sempurna. Siapa yang menggerakan hati dan tangannya..

Bolak Balik

Pagi ini.
"Hati itu berbolak-balik...!"

Sedih.
Karena untuk mengelola yang satu ini luar biasa beratnya (hati-red). Sepaham-pahamnya terhadap ilmu hati, tetap saja dalam aplikasi di lapangan dalam urusan mujahadah/latihan/riyadhoh sungguh tidak mudah.

Sekali ini hati merasa tenang.
Lain waktu hati ini gelisah.
Saat ini tak ada gejolak di hati.
Besok sudah penuh dengan bercak dosa.

Mengerikan.
Bahkan untuk mengurus hati ini pun energi yang dikeluarkan amat besar sekali. Karena setiap kita di uji. Dengan ketakutan, kelaparan, kehilangan dan ujian yang lainnya.

Duh...ingin menangis rasanya mendengar materi kajian pagi ini dari seorang yang benar-benar mengalami hiruk pikuk bolak baliknya hati dan perjuangan untuk selalu membersihkannya.

 

19 September 2012

Seri Parenting Rava : Bermain

Phiuh...pilihan untuk jadi ibu yang bekerja memang penuh resiko. Ya yang baik,  ya yang buruk. But that's our choise ^_^

Pulang ke rumah nyampe sebelum magrib..paling telat. Paling cepet jam 5 sore. Anakku, Rava ( 4 thn ). Sudah menanti dengan teriakannya."Ibuuuuuuuuuu....ayahhhhhhhhhhhhh....peluk!" dan sibuk berceloteh riang menceritakan hari ini. Padahal kaki belum lagi menjejak teras rumah.

Hati dan fisik pengennya istirahat dulu. 5 menit saja. Faktanya, Rava tahunya orangtua ready buat nemenin dia main, setelah seharian dia ditinggal di rumah..kadang ada teman, kadang tidak. Rutinitasnya makan pagi, nonton, main, makan siang, tidur, mandi, makan malam, main lagi dan menunggu kami pulang.

Sedih?
Ya lah. Secara anak ditinggal begitu. Maka kemudian alternatif kegiatan pun harus dicari. Kasak kusuk mendapatkan info Sekolah atau Paud di sekitar rumah. Walau cuma 1 jam tapi Rava bisa menikmati lingkungan baru, teman-teman baru, dan cepat belajar.

Quote: Pilihan orangtua kadang untuk kebaikan anak, tapi tetap saja harus berani memilih yang terbaik ke depannya. InsyaAllah.

Politisasi

Politisasi.
Wah, bicara organisasi, bicara manajemen, bicara struktur, leadership, dan intrik-intriknya tak lepas dari unsur politik.

Setiap orang punya "kepentingan", baik yang pribadi maupun dengan dalih untuk umat atau masyarakat banyak. Tetap saja ada niat, tujuan, keinginan dan peluang untuk saling mempengaruhi.

Perubahan memang pasti dalam sebuah organisasi. Juga dinamika inilah yang bikin seru. Ada pemimpin baru, ganti staff. Mutasi kesana, pindah kemari. Fun endeed.Hehe.

Tak apa sih sebetulnya. Asal hati kita senang. Sebetulnya perubahan apapun ga ngaruh, hehe.

18 September 2012

Bahaya Lisan

I've told u before..don't trus anyone. Hanya Allah yang berhak kita percayai seumur hidup kita.

Orang tak pernah tahu bahaya yang diakibatkan oleh lisan (ucapan) yang tidak terjaga. Sampai diri kita merasakan akibat dari kesalahan yang kita lakukan dengan mulut kita ini. Musibah yang datang, ujian yang bertubi, perasaan yang tidak nyaman, masalah yang berdatangan secara simultan. Penyebabnya cuma satu. Tidak hati-hatinya kita dengan kata-kalimat yang dikeluarkan oleh lisan kita.

Menyakiti.
Merusak.
Membeberkan aib.
Membuka rahasia.
Berkhianat.
Tak Jujur
Bercanda berlebihan.
Ngobrol tak jelas.

Ini berlaku buat siapapun. Tak hanya yang memiliki ilmu, juga yang tidak memiliki ilmu.

Efek dan resikonya adalah : kembali kepada diri kita sendiri. Sungguh dahsyat!

Allah sungguh Maha Adil. Apa yang kita perbuat akan kembali kepada diri kita bisa jadi dalam bentuk yang sama atau bentuk yang lain.

Dan hanya takut serta mohon kepada Allah lah yang akan menyelamatkan lisan kita dari kesia-siaan, dari menyakiti, dari membeberkan aib, dari tak jujur.

(Ya Allah ampuni...ampuni..lisan ini..)

Lari Sprint dan Marathon

Yuk teman-teman, mulai sekarang kita lari maraton dengan kekuatan sprint!

Wow...bisakah?!?

Harus yakin bisa. Karena kuncinya memang cuma keyakinan saja. Selebihnya mari kita maksimalkan ikhtiar.

Tulisan ini dibuat dalam rangka sebuah perubahan yang terjadi dalam organisasi. Posisioning dan restrukturisasi menjadi sebuah bentuk yang esensi dari proses manajemen. Ganti pimpinan, ganti staff, ganti kebijakan, ganti keputusan, dan sebagainya.

Apa sikap yang mau lo tunjukin (halagh!)

Accept this and move on.
Bergeraklah. Terima setiap perubahan dengan sikap terbijak yang bisa kita lakukan. Ga usah sibuk dengan duh nanti gimana ya, duh kalau pimpinan yang ini begini gimana ya...

Sesuatu tidak pernah pasti, kecuali perubahan itu sendiri.

C'mon. Do the best and we'll finally get success.

Healing

Seorang teman di Jakarta bilang begini,"Ada banyak hal dalam kehidupan gw yang salah dan menyimpang dari yang seharusnya. Tidak pada track yang benar. Penyesalan ada, dan gw mesti melangkah. Cara yang paling efektif untuk kekelaman masa lalu adalah dengan menuliskannya."

Well.
Saya tertarik kalimat "menuliskannya". She said, its call healing for her. Forget the past and move on. Biar saja masa lalu kelam menjadi sebuah pelajaran penting bagi sebanyak mungkin orang agar tidak mencontohnya.

I Agree.
Orang melampiaskan kesedihan, kekalutan, bingung, resah dan galaunya berbeda-beda. Refreshing bisa menjadi pilihan utama, tapi hal yang lain pun menarik untuk dilakukan. Salah satunya ya dengan menulis. Mencurahkan apa yang terasa di hati dan fikiran, segala ide, segala resah, segala apa yang ingin diungkapkan dengan jalinan kata dan kalimat. Karena kadang ketika kita curhat dengan manusia lain, tak jarang terkhianati, tak amanah dan menjadi masalah baru pada akhirnya.

Menulis bisa Bebas. Tak perlu dicecoki dengan aturan-aturan tak penting. 
Menulislah dengan sebebas-bebasnya.
Dengan suka, dengan hati.

Berani

Daarut Tauhiid sedang kembali menggiatkan budaya BAKU...karakter Baik dan Kuat. Salah satu diantaranya adalah Berani.

Ada yang menarik. Ungkapan berani ini bisa berarti banyak hal. Bagi jiwa-jiwa penakut, tentu saja urusan memberanikan diri ini menjadi sangat sulit. Lain hal jika tak punya pilihan lain.

Saya termasuk diantaranya. Ketakutan-ketakutan yang walaupun disebut manusiawi dalam kehidupan membayangi, dan mengalahkan keinginan untuk jadi berani. Akhirnya malah tak memilih apapun. Sayang sekali.

Akhirnya mesti tetap memilih. Dibayangi ketakutan dan berusaha berani...artinya bergerak. Atau
Tetap takut dan tetap tak berani. Diam saja di tempat. Tak bergerak.

Pilihan pertama dan kedua beresiko. Dan hati kembali memilih serta menetapkan. Ayolah! Kamu harus berani. Bisa kok! Coba dulu, jika jatuh pun kau  bisa bangkit untuk berusaha berani lagi.

Ya! Kuputuskan untuk Berani Melepaskan!
Apa?!?

Melepaskan yang membelenggu hati dan fikiran.
Melepaskan yang tersimpan tidak pada tempatnya.
Melepaskan penjagaan hanya kepada yang berhak.
Melepaskan peluang jadi beban orang lain.
Melepaskan apa saja yang merusak hati dan iman.
Melepaskan apa yang harus memang dilepaskan, tanpa harus menahan.

-Yang terasa? Lega luar biasa!-
(Inilah proses mujahadah "keberanian' itu)

Bismillah

15 September 2012

Oh Woman..Oh Man...

Sesore itu. Di 60 menit menjelang pulang. Dua perempuan berbagi cerita.

Cantik. 26 tahun. 1 Putra. Pendidikan cukup. Pengalaman menikah 2 kali.

"Ya, begitulah teh. Kondisinya sekarang seperti ini." Memulai (lagi) dengan judul -masalah-.

Tak apa.

Itu guna hati, fikiran, dan kehidupan. Untuk mempelajari sesuatu dan menggali hikmah.

Ah, tak semua orang memahami seluk beluk pernikahan. Ikatan yang mengguncang Ars-nya Allah.

Yang membuat malaikat menyerukan doa dan keberkahan langit.

Lelaki. Perempuan. Kita. Kamu dan saya. Tak cukup memahami makna nya. Tak jua mengerti kedalaman keberkahannya.

Masih banyak harus belajar.

Yang terdekat adalah menelusuri diri. Mengorek setiap kelemahan, kekurangan, kesalahan, dosa dan maksiat diri. 
Menyalahkan orang lain menambah beban, lelah, dan kegelisahan. Sama sekali tak mengundang ketenangan.

Hanya ingin Allah menerima setiap penyesalan atas dosa-dosa kita.
Hanya ingin Allah berkenan membuka pintu pertolongan atas setiap khilaf kita.
Hanya ingin Allah memberikan kekuatan, kesabaran, dan kemampuan menjalani setiap takdir.

-Teh, dirimu kuat sesungguhnya...InsyaAllah!-


14 September 2012

Bicara Cinta (Kembali)

Pagi ini terwarnai dengan "keresahan" lagi.
Ujung-ujungnya, kening berkerut, menganalisa sesuatu, mempertimbangkan sesuatu, memikirkan sesuatu, berhitung dengan berbagai kemungkinan lagi.

Bukan salah siapapun jika kita jatuh cinta. Da itu mah memang fitrahnya setiap insan. Bahkan ketika kita kehilangan cinta pun, bukan salah siapa-siapa.

Orang bilang cinta hakiki itu cuma satu..kepada Allah.
Keluarga, pasangan, anak-anak, sahabat, teman, dan yang lain-lainnya menjadi urutan berikutnya setelah Allah dan Rasul-Nya.

Sebagai manusia biasa...dan sebagai perempuan, efek cinta ini menjadi sebuah "kalimat sakti" yang ada di kehidupan kita. Butuh cinta, butuh kasih sayang, butuh diperhatikan, butuh dihargai, butuh dimengerti dan dipahami, butuh berbagi.

Maka ketika itu tidak ada lagi, definisi cinta-mencintai-dicintai menjadi kabur. Menjadi sebuah "niscaya".

Yang pasti. Cinta punya waktu, kondisi dan orang yang tepat. Pilihannya cuma satu..bertaruh di 3 hal itu...
Bisakah setiap cinta kita benar-benar menuju cinta yang hakiki..yang sejati..kepada Dia sang Pecinta.

Allohu'alam bisshowab

-episode mujahadah mencintai Khalik dibanding makhluk-

Hidup Jujur

Siapa yang tak ingin hidup dalam kejujuran. Bukan kepalsuan. Bahagia dengan jujur, sedih dengan jujur. Tak ada orang yang ingin menipu dirinya sendiri. Hidup palsu.

Saya menghormati orang-orang yang memiliki prinsip hidup harus jujur. Tanpa kepalsuan.
Saya juga menghormati orang-orang yang punya prinsip. Tak apa hidup palsu asal semua mendapat manfaat.

Karena letaknya bukan di kejujuran dan kepalsuan itu sendiri.
Letaknya ada pada jujur kepada siapa? palsu kepada siapa?
Toh yang Maha Mengetahui sangat paham seluk beluk niat dan hati kita.

Jujur kalau menyakiti banyak orang, bisakah itu maslahat?
Palsu kalau menyakiti banyak orang, bisakah itu maslahat?
Jujur kalau bisa maslahat, baikah?
Palsu kalau bisa maslahat, baikah?

Mungkin cuma diri kita yang bisa menjawab.

Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang tidak menyakiti sesamanya?

-saya masih banyak belajar..memohon ampun ya Allah, jika hidup ini masih penuh dengan kepalsuan-

13 September 2012

Seri Parenting Rava : Pengertian

"Mau ikut ibu aja....huhuhuhu!" pagi itu Rava menangis. Setelah 7 hari ditinggal kerja ayah ibunya dan seharian bermain-main di rumah. Pecah juga di hari itu. 

Turun dari motor. Memeluk tubuhnya. Mengajaknya ngobrol. Dan memberikan dialog singkat ini.

"Rava boleh ikut ibu dan ayah kerja, tapi tidak hari ini. Gimana?" Whaduh..sedihnya.
"Di rumah nenek Rava bisa bermain dengan Ebet, dengan nenek, menonton film kesukaan Rava dan bobo siang. Gimana?" huhuhu...dia masih menangis.

Jurus lain...,"Sini ibu buang dulu nangisnya ya..!" kuambil airmatanya..kubuang ke arah pintu.
Dia mulai mereda. Tersedu. Dan tetap tak menarik tubuhnya. Tetap pengen ikut.

Jeda sejenak. 

Setelah dipastikan dia reda tuntas tangisnya. Pelan dipeluk...di ungkapkan rasa kasih sayang. 

Phiuh...episode pagi!

Quote :
Yang dibutuhkan anak saat menangis memang hanya pelukan, usapan, dan pengertian terhadapnya. 
Marah???hohoho...
Ancaman???wah...ga bisa berlaku

12 September 2012

Seri Parenting Rava : Mubazir

"Bu...kalau susu Rava ga habis nanti jadi temen setan ya?"

Si ibu yang sibuk setrika tertegun. Ini anak umur mau 4 tahun pertanyaannya itu lho ^_^

Ini kesempatan (otak berputar cari jawaban...)

"Ya nak, karena kalau tidak habis artinya "mubazir" - pasti dia ga ngerti tuh arti mubazir, hee- nah, kalau mubazir itu perbuatan setan. Jadi deh Rava temennya setan." Semoga di pahami.

"Rava ga mau ah jadi temen setan." Hoho..he understand. Alhamdulillah

Quote:
Tidak mudah menanamkan keyakinan dan pengertian pada anak atas setiap hal yang dilakukannya, apalagi jika itu dikaitkan dengan pemahaman dalam agama. Mendidik anak sedari kecil terhadap hal-hal yang sesuai dengan syariat. Perlu berulang kali. Tak bosan. Dan ilmu orangtua harus seluas lautan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan buah hati.

-Yuk, belajar lagi!

11 September 2012

Can't Trust Anyone

Nah! Dialog menjelang siang bersama Ustadzah ini menarik.

"Kita harus percaya 100%!"

"Uhm, menurutku ga harus kalau itu kepercayaan yang diberikan kepada sesama manusia. Pengalaman membuktikan. U can't trus anyone...somehow..even your best friend or someone who close to you.."

Oh gitu ya!

Kadang untuk memercayai seseorang harus kalau itu sesuatu yang bersifat umum dan bukan privacy. Tapi kalau udah urusan curhat pribadi yang sifatnya very confidential..watchout..be carefull. Tak semua orang bisa jaga amanah, tak semua orang bisa menutupi cerita dengan kebaikan, tak semua orang bisa menjaga kisah kita.

Ada baiknya memang memilih orang..itu pun jangan sampai 100% semuanya kita ceritakan.

Ah, lebih baik cerita saja sama Allah...dijamin kerahasiaan terjaga. 

10 September 2012

Ber-Fokus

Mau tau aja!
Seneng liat perbuatan orang lain dan selalu ingin comment, penting atau ga penting.
Saatnya berlatih untuk tidak mau tau selalu urusan orang lain. Jika punya yakin bahwa apapun yang dilakukan orang, yang baik, yang buruk, yang belum baik dan yang belum buruk...setiapnya ada pengawasan, ada yang mencatat, ada yang melihat...cukup dengan yakin saja. 

Peluang kotor hatinya itu lho yang bikin cuapek luar biasa.
Liat orang berbuat baik..timbul dengki..iri...dan sejenisnya...susah untuk punya perasaan flat (ato cuma sayah sajah..hiks..)

Liat orang berbuat belum baik...mulut dan fikiran udah gatel pengen comment (sok merasa diri lebih baik tea..huhuhu)

Maka...jika melihat apapun dengan iman. Tak akan kotor hati..minimal rada mengurangi dosa.

Maka..jika melihat apapun dengan iman. Sekuat tenaga kita menjaga ini lidah dan fikiran dan hal-hal yang merusak hati. (susah banget..huhuhu)

Maka..jika melihat apapun dengan iman. Setidaknya peluang kita untuk jadi lebih baik terbuka lebar...amiin, semoga.

Maka..jika melihat apapun dengan iman. Kita akan FOKUS pada diri sendiri. Jangan2 kita tak lebih baik dari yg dikomentari.

Fokus..fokus..!

Me Time (Yuuu...!)

Senang sekali jika weekend tiba. 2 hari yang menggembirakan. Bersama diri sendiri dan keluarga juga rencana-rencana seru ^_^

Inget weekend, inget Me-Time. 
Aslinya kita disibukkan dengan orang diluar diri kita. Entah itu pasangan hidup, orangtua, anak, kerabat, teman dan sahabat atau rekan kerja dan siapapun yang berkaitan dengan keseharian kita.

Sejatinya, tak punya waktu buat diri sendiri. Curi-curi ditengah segala hiruk pikuk hidup. Mengambil semenit dua menit untuk...having fun for your self. Im writing...itu me time yang paling susah dicari sekarang. Ga sempet (alasan basi). Malas..alasan paling pol sedunia. Ga punya ide...huwah...ga banget!

Then..bye-bye me time. Ga bakalan ada kalau kita ga ngusahain.

Orang bilang,"Lu keren ngatur waktunya. Hebat di time management!"
Belum tentu kalau belum punya waktu "menyendiri".

Sibuk apa sih?
Kerja, sekolah, hanging out, keluarga...atau apa?

Find your own me time..go go girls...penting banget..bener2 penting banget. 
Luangkan...luangkan. Its your time. Boleh ngapain aja yang manfaat, boleh bertafakur ria sendirian, boleh minta banyak2 sama Allah, boleh bercucuran air mata, boleh cuma diam dan merenungi setiap salah, dosa dan maksiat diri serta apa yang sudah dilakukan untuk diri dan orang lain. Boleh menuliskannya dalam bentuk 'penyesalan', boleh diskusi dengan hati sendiri untuk nge cek sejauh mana penyakit-penyakit kronis hati kita. Boleh apa saja...its your time..only you who have it.

Just you!

Waspadalah!

Jagalah harta benda anda, hati-hati dan waspadalah (Slogan Polisi di perempatan jalan).

Saya jadi inget "harta benda" yang ada di rumah saat baca poster yang besar itu. Oh ada ini, ah ada itu, eh geuning punya ini dan itu.

Lalu tiba-tiba tersadar, buat apa aja itu teh ya?
Pembelaan diri dimulai. Yg ini buat dipake ini, yang itu buat di pake ini. Semua benda ternyata punya alasan "pembelian" dan "kepemilikan".

Sayangnya, baru sadar juga. Benarkah semua harta benda yang saya miliki sudah bersertifikat "Berkah"!
Artinya..jika saya punya HP Samsung Galaxy S II (hehe..masih keinginan..amiin). Mau dipake apa? buat gaya-gaya an, buat having fun dengan fitur, buat kerja, buat ibadah atau buat ngabisin duit aja.

Naudzubillah jika HP ituh buat hal-hal mubazir..seperti sms an ga perlu dan ga penting, buat nelefon yang ga perlu, nyimpen gambar aneh-aneh, pokoknya semua hal yang udah jelas pasti "ga banget deh!"

Setiap harta benda yang kita miliki wajib di jaga. Mulai dari niat awal ingin memiliki (ingin atau butuh), pemeliharaan dan pemanfaatannya..sampai jika benda itu sudah aus pun..harus kita fikirkan manfaat buat apa lagi dan siapa.

Banyak belajar dari slogan ituh...

-mulai mau merelokasi benda2 dan harta yang tak manfaat ah...bismillah-

5 September 2012

Ah, mungkin kamu sudah stress tingkat tinggi.

Kamu mengharapkan sesuatu yang diluar nalar dan diluar jangkauan, walau nyata terpatri dalam bentuk realita. Tak semudah itu wahai hati. Ingin dan harap kita berjudul itu saja. Segala hasil dan pembuktian bukan wilayah kekuasaan kita. Sepenuhnya di sisi Allah.

Berat menjalani setiap hari dengan berjibaku pada sebuah harap dan ingin semata, tanpa melihat realita yang ada di hadapan. Belajarlah untuk membekali diri dengan ingin yang "terjangkau" dalam nalar mu, dalam realita mu.

Uji keyakinan itu ada pada setiap saat peristiwa yang menghampiri hidup kita. Bergulat dengan penat dan airmata. Menahan dan mencari sebanyak mungkin kalimat untuk menginternalkan hal positif ke dalam hati dan diri.

Ah, mungkin kamu sudah stress tingkat tinggi.
Sadari lah.

Ketenangan

Mau dicari kemana?

Orang sibuk nyari rasa tenang. Apa yang dia kejar, yang dia pertaruhkan mati-matian. Belum tentu membuat ketenangan itu hadir di hidupnya.

Kita lupa. Sesungguhnya ketenangan itu dekat. 
Sedekat nafas kita sehari-hari.
Dia hadir disini, hadir di hati, hadir pada jiwa yang disentuh Allah lewat rahman dan rahiim nya.
Lewat iman yang tertanam dan kebenaran dengan keberanian.

Belajar lagi tentang hidup. Memang tak ada habisnya.


Yuk, tentang Hijrah lagi

Memangnya bicara hijrah, bicara momentum? 
Padahal sejatinya, hijrah bisa dibicarakan dan dilakukan setiap saat.

Status BB seorang teman tentang hijrah dari kehidupan yang "ah entahlah, susah di definisikan." kemudian berhijrah ke,"sekarang sudah pasti dan terus bergerak." Membuat saya yakin, kita butuh kata -hijrah- ini untuk terus move on..berjuang ke depan...merubah sesuatu yang bisa jadi jelek, kurang, atau salah di waktu sebelumnya. 
Dan kemudian -berpindah, beralih, bermetamorfosis- menjadi sesuatu yang lebih baik, menambal yang kurang dan memperbaiki kesalahan.

Saat-saat tertentu, terlena oleh rutinitas (sekolah/kerja/aktifitas bisnis), kita lupa menengok seperti apa -makna- apa yang sudah kita lakukan. Hari, minggu dan bulan seolah cepat berlalu. Tak terasa. Sama sekali tak ada perubahan berarti, baik pemikiran, hati maupun amal perbuatan.

Hijrah...berpindah...beralih...bermetamorfosis...

Setiap saat...setiap kita bisa melakukan pilihan ini.