25 November 2011

Pria Itu

Dia menamakan dirinya pria.
Berpostur biasa. Kulit sawo matang. Berkacamata. Terlihat pintar dimataku. Tidak terlalu gemuk, dan juga tidak sangat kurus. Sedang saja. Di tangannya selalu terlihat handphone yang kerap di tengoknya berkali-kali. Kelihatannya sedang menunggu sesuatu. Duduknya terlihat gelisah di halte itu.

Uhm. Kufikir dia thirty something. Terlihat dari garis wajahnya yang tegas, penampilannya yang tidak boyish, cenderung asal dengan kemeja bergaris tipis abu-abu. Dibalut dengan jeans biru agak belel. Mungkin seorang pekerja, kalau tidak wartawan, bisa jadi penulis buku. Ya, sesuatu tentang menulis saja. Karena terlihat pintar.
17 kali. Aku menghitungnya diam-diam, dalam rinai hujan yang turun sejak setengah jam lalu. Terjebak di halte bersama seorang pria murung berkacamata yang sibuk dengan handphonenya. Sama sekali tak usik sekitar. Itu sudah 17 kali dia melihat selulernya. Ada apa? menunggu sms, menunggu telf. Tapi sedari tadi tak ada bunyi apapun. Bergetar pun tidak, dan tak terlihat dia mengangkat benda hitam itu.

Bisku masih belum datang. Aku asyik kembali memperhatikannya. Duduk semakin gelisah, apa dia mau dipecat ya? Atau keluarganya ada yang sakit keras, istrinya mungkin ( aku tak ingin membayangkan dia memiliki istri), atau bisa jadi temannya yang sudah berjanji datang. Aku sibuk. Memikirkan banyak kemungkinan tentangnya.

Trrrtttt....ups, hp ku bergetar. Satu sms dari yang kukenal muncul. Wajahnya terusik oleh gerakanku membuka sms dan membalasnya. Dia terlihat sepi.Sekejap aku tak peduli, sibuk reply sms dari yang kukenal itu.

Saat ku ingat, ku tengok sisi sampingku. Pria itu sedang tertawa, tanpa suara, hp nya menyala terang, tanda ada sms disana. Masih tertawa, dan tiba-tiba meluncur butiran air, bukan air hujan depan halte. Tapi sejumlah air mata pria dari balik lensa kacamatanya. Dia menangis sambil tertawa. Begitu terus hingga lewat 5 menit. Apa yang harus aku lakukan?

Ah, pria itu punya banyak masalah. Itu yang aku tahu pasti. Bergegas ku tinggalkan halte, karena bis sudah tepat berada di depanku. Pria itu masih disana, saat ku mendapatkan bangku kosong. Masih dengan tawa dan tangis yang pecah. 

Wahai pria, mengapakah?


22 November 2011

Other World

Yuk, mari kita memasuki dunia lain. Yang sungguh amat berbeda dengan dunia kita sekarang. Tentu tidak dilewati dengan sebuah kematian. Cukup berbekal dengan keinginan dan kesungguhan serta kesiapan menerima apapun dari dunia lain.

Jika suka membaca cerita picisan ala penulis yang ga professional. Coba sesekali baca buku berkualitas yang ditulis oleh orang terkenal atau penulis hebat!

Jika biasa bepergian menggunakan motor atau mobil. Coba sesekali berdesakan di bis dan berjubel dalam angkot dengan segala bau.

Jika biasa menulis serius dan sarat akan istilah asing. Coba menulis yang sederhana, ringan, lucu, dan aneh juga.

Jika suka olahraga yang menantang adrenalin Yuk mari, mancing sesekali.

Jika terbiasa dengan sarapan yang itu-itu saja, telor dadar, telor cepolok. Sesekali jangan sarapan..biar terasa sangat amat lapar.

Jika hobi browsing yang dibutuhkan. Cobain deh klik laman-laman yang berantakan dan aneh (minus wilayah itu ya-you know what)

Jika sering banyak omong...Ayo, kita bungkam seharian.

-eh, ari sayah teh nulis apa ya, asa teu puguh-
biarin ah..

21 November 2011

3 novel baru

Cinta...
Refrain...
dan 
Galaksi Kinanthi ^_^

3 novel yang wajib tamat dalam minggu ini (well, 2 sudah tewas, tinggal melanjutkan Galaksi Kinanthi). Sudah lama juga tak punya target membaca novel. Mungkin sejak rutinitas harian berjibaku dengan kebutuhan dan kepentingan lain, akhirnya sesi membaca terlewatkan dengan sukses. Padahal, ada banyak hal yang bisa hilang dengan membaca. Satu diantaranya adalah kepusingan. Membaca begitu menyenangkan...lupa makan minum (uhm, kecuali baca sambil ngemil sih, hehe), lupa tempat dan ruang, lupa suasana, lupa mau ngerjain apa...lupa maen sama anak, plus lupa sama suami ( haha, jangan sampai deh). Itu mah dulu..saya waktu masih lajang dan belum punya banyak amanah seperti sekarang, bisa tahan seharian di dalam kamar, hanya untuk menghabiskan 10  komik dan novel-novel yang belum dibaca, ingat Shalat saja dan kalau lapar ^_^

Semenjak bekerja dan kemudian menikah. Daya baca saya agak menurun drastis...kalau bisa dibilang hampir mau punah ( hiks!). Memang terbantu juga dengan adanya internet, bisa browsing ilmu, cari tips, cari artikel menarik, baca blog orang dan googling2...hanya ternyata kepuasannya beda dibanding dengan membaca buku. Waktu kuliah, baca buku serius karena mentok di ujian (haha). Sekarang mau baca buku populer, motivasi atau novel, apalagi komik bisa dihitung kapan saja waktunya. Sedih sih, secara saya teh gila baca.

Dan kemudian meluncurlah tekad di 33 tahun usia saya kemaren (19 Nov)....harus banyak baca lagi buku, targetkan juga membeli buku setiap bulan, dan harus berhasil tamat membacanya ( iya atuh, sayang udah dibeli ga dibaca mah kan). Maka kemudian secara perlahan, saya mulai kembali keranjingan mencari buku-buku baru yang akan terbit dan sedang ditulis oleh beberapa penulis favorit saya. Kalau nggak saya hunting di website dulu, baru meluncur ke toko buku yang ngasih diskon gede ( teteup ^_^).

Mari membaca..dan dengannya saya menjadi pintar ( narsis.com).

18 November 2011

provokator

Ini dia orang yang paling dihindari...provokator. Dalam konteks yang negatif memang perlu dan amat sangat dihindari jenis orang yang melabeli dirinya sebagai provokator.
Duh, padahal saya teh orang jenis ini juga yeuh, kumaha atuh ya? Hehe...

Sengaja saya melabeli diri dengan "provokator", tak lain dan tak bukan karena faktor lingkungan kerja yang mendukung juga untuk 'mikir kritis' dan 'bersuara kritis'. Landasan terbesarna adalah karena terlalu banyak harapan yang dibangun, dan kenyataan belum terealisasi, bisa juga karena perbedaan sudut pandang akan sesuatu, sehingga jika ada sesuatu hal yang menurut kita :
" Ga banget deh!", 
"Wah padahal bisa dicari solusi lain."
"Kok mikirna gitu ya, kenapa ga gini aja."

Nah, saya juga bingung..apa beda berfikir kritis, provokator, dan sotoy alias sok tahu ^_^
Hm..hmm..let see! 

Itu teh saya banget...beneran..saya suka berfikir kritis..jadi provokator dan asli sok tahu ( haha). 
Kritis karena para pimpinan saya dulu di beberapa tempat kerja mendidik untuk  mampu mikir, untuk baca, untuk peka dengan sekitar, untuk ngeh dengan kondisi. Kita dibebaskan untuk bicara dan bertindak asal bertanggungjawab. Lahirlah the new me..gw yang tukang kritik..(lho, apa bedanya dengan kritis ya..nya eta we lah...hehe).

Saya suka jadi provokator..soalna kalo dibilang motivator, da tidak merasa ( hahay). Maksudnya, kalau ada teman yang butuh advice/saran, atau cuma curhat, atau sharing apa saja..bagian saya adalah ngomporin..biar dia berfikir out of mind nya..biar dia mikir the other side nya, biar dia punya second opinion nya. 
Contoh ya : ada teman yang ngeluh aja banyak kerjaan...(saha nya), gw sih cuma bilang,"Target aja lu mau berapa lama kerja, setiap kerjaan yang dikasih kerjakan maksimal, sampai lu jadi ahli..nah pas lu keluar, pan udah punya keahlian, walaupun bukan bidang kerjaan lu!" itu bentuk motivasi atau apa saya juga belum ngerti banget. Pokonya, saya mendorong dia untuk manfaatin capenya dia buat jadi professional..

Sok tahu! Iya, kadang ( atau sering yak?), saya suka begitu. Belum selesai orang ngomong, langsung ditanggepin, nyambung emang. Tapi bikin bete tuh..dan akibatnya saya jadi bikin ga enak orang ( hiks ). Tapi da di fikir-fikir, obrolan saya emang bener, saran juga tepat. Nah, sok tau bukan ya? ( mau ngeles.com ah, haha).

3 hal itu bikin hidup saya lebih berwarna...tapi juga kadang bikin menderita. Secara orang lain bete juga di provokatori, atau mual dengan sifat kritis saya atau malah eneg dengan sok tahunya saya.
Saya mah berharap 3 hal itu teh jadi positif saja. Kritis yang berilmu+bertanggungjawab ( bukan omdo sj). Provokator ke arah perubahan lebih baik (amiin), dan sok tahu karena punya dasar/dalil/landasan jelas, bukan asbun..

That's the new me for this decade ^_^


Cilok

Ini dia hasil kebersamaan dengan para akhwat gaul di pagi jumat ini :

CARA BIKIN CILOK

1. Campur tepung maizena + tepung terigu ( perbandingan 1:1). Larutkan dengan air mendidih. Baru setelah agak mulai bercampur, bisa ditambah dengan air dingin ( atuh kalo pake air mendidh terus mah bagaimana cara menguleninya..hoho). Bumbu jangan lupa ya dimasukan...asin pedas gurih sesuai selera lagi.

2. Siapkan isian untuk calon cilok ini : Bisa kornet, telur orak-arik, sosis, daging ayam, daging sapi..atau apa sajalah yang ingin di masukkan...sesuai selera anda-anda semuah ^_^.

3. Siapkan air mendidih di panci untuk proses merebus. Sementara itu, sang adonan di campur, di uleni, sampai kalis.

4. Bentuk adonan cilok yang sudah kalis jadi bulet-bulet, mau variasi lonjong juga boleh (tapi ga asyik ateuh, da cilok mah baruleud, hehe).

5. Udah beres di cetak oleh tangan sendiri. Masukan kedalam air mendidih. Tunggu sampai matang.

6. Sambil nunggu cilok matang. Buat sambal pedas dan air kuah mirip sop. 

7. Cilok mateng. Siapkan mangkok, tuang air kaldu, masukan cilok, campur sambal...dan siap disantap

Saya suka sesi ini, selain menyalurkan hobi makan..saya juga bisa ngobrol bebas sama teman-teman (hehe)

17 November 2011

Badminton

Hahaha...secara kemaren liat pertandingan bulutangkis langsung di RCTI, dan yang maen Ahsan sama siapa gitu (ganda) lawan Thailand..deuh..gw langsung suka tuh sama Jang Ahsan..keren pisan maennya. Plus ganteng juga sih..hehe(Huzz..si ibu, norak!).

Udah gitu, besok-besokna ada final lagi bulutangkis ganda putra lawan Malaysia..whuah gw jadi penggemar Kido lagi deh. Eta smash na..meni hebat pisan euy!

Jadi inget masa-masa gw dulu jadi atlet ( hellow..haha). Secara jaman gadis dulu teh, maen bulutangkis lebih sering diajakin temen ke GOR, jadi aja ketagihan. Dan sering maen tanding gitu lawan senior atawa para jenggoters..
Emang beda maen lawan perempuan sama maen lawan laki-laki. Beda pontang-pantingna. Cape mah tetep we.

Salah satu olahraga yang menyenangkan emang bulutangkis atawa badminton. Lari kesana kemari, smash, jatuh, bola kena net..dan sebagainya. Nu paling sering mah ketawa-ketawa na.
Dan entah tahun berapa ( saya lupa pisan). Si gw jadi koordinator untuk latihan bulutangkis khusus akhwat di DT..banyak ari peserta mah. Pelatih juga ada. Minggu-minggu pertama rajin latihan. Eh, bulan berikutna mah cuma satu dua..nu rajin we...yang lain bubar jalan teu beja-beja.

Skrg lagi dirintis lagi untuk maen badminton di GOR deket rumah. Maksa-maksa sobat untuk ikutan..biar ada sparing partner..


14 November 2011

Antara dia dan dia

Laki-laki ini : sibuk setiap hari mengirim sms-sms-sms-sms-sms ke beberapa nomor yang orangnya saja dia tidak tahu dan tidak kenal. Suka-suka di pengen kirim sms. Tidak hanya satu. Berpuluh dan beratus sms dikirimkan setiap hari. Istiqomah sekali. Isinya? salah sambung dan salah sasaran.

Perempuan ini : lelah lahir batin luar biasa. Bukan inginnya mengenal dan bertemu lelaki itu. Penggalan aktifitasnya pun tak begitu lama. Namun, dampaknya hingga hari ini, menyedihkan. Teror demi teror tak lagi menghampirinya, justru orang-orang yang tidak tahu menahu menjadi sasaran teror berikutnya.

Gw, temen gw, temen gw lagi, temen gw yang satunya lagi, dan temen gw lagi :
"Aarrgghhhh!!!! sampai kapan inbox hp penuh dengan pesan amburadul inih!!!!!"

Ada kala kita mesti memahami keduanya (lelaki dan perempuan itu) dengan lebih baik. The question is, mo sampai kapan gitu lho???

Pernah pengen banget ketemu sama itu lelaki, cuma pengen bilang,"Kamu teh kenapa?"
Ingin ku teriakan kekesalan selama mendapat sms-sms ga penting itu. Memang gw apaan?
Sama perempuan itu pun aku tawarkan solusi agar teror ini tidak berlanjut...but no answer..dibiarkan begitu saja.

Hadeuh..gw pusing sangadt!


Anak Tidak bisa dikontrol?

Menurut Jacob dan Paul (psikolog anak) selama ini orangtua lebih memperhatikan sikap buruk anak ketimbang perilaku baiknya. Seorang konsultan pendidikan Glenn Latham, Ed.D menemukan dalam risetnya orang dewasa cuek pada 90% sikap baik anak-anak. Mereka justru lebih memperhatikan anak-anak saat mereka bertingkah laku tidak baik.

"Kalau anak melakukan tindakan yang menyakiti orang lain, seperti dia merencanakan membunuhnya, bawa dia pergi dan buat dia tertarik pada hal lain".

Tips untuk mengatasi anak yang tidak dapat dikontrol:

1. Selalu perhatikan sikap anak yang menunjukkan dia mulai dewasa. Misalnya saja, bisa mengatasi rasa kecewa, bersikap baik secara spontan dan menunjukkan ketertarikan untuk belajar. Saat Anda melihat sikap-sikap itu, berikan mereka pujian.

2. Di waktu-waktu tertentu (5 menit sampai 5 jam setelah suatu kejadian), bicara ke anak soal sikapnya yang sudah Anda perhatikan sebelumnya. Anda bisa mengatakan, "Apakah kamu ingat tadi waktu Chika jatuh dari sepedanya dan dia susah berdiri lagi, kamu membantunya. Kamu ingat nggak".

3. Saat anak ingat peristiwa yang Anda katakan pada poin kedua, beri dia pujian. Anda bisa mengatakan, "Kamu baik sekali tadi membantu Chika naik ke sepedanya lagi. Aku bangga padamu". Pujian lain juga bisa Anda berikan saat dia menunjukkan kedewasaannya. Misalnya, "Ibu tahu kamu sedih nggak bisa pergi ke mall, tapi tadi kamu tidak marah. Ibu bangga".

Usahakan Anda tidak mencampurkan antara memuji dan mengkritiknya. Jangan katakan "Aku bangga kamu membantu Chika, kamu kan biasanya jahat sama dia".

4. Setelah memuji anak, langsung lakukan aktivitas yang disukainya. Lakukan aktivitas itu secara spontan tanpa Anda harus mengatakan kalau itu adalah 'hadiah' atas sikap baiknya. Anda bisa mengajaknya berjalan-jalan, main game atau membacakannya cerita. Harap diingat, jangan bagi perhatian Anda dengan hal lain saat melakukannya. Tidak ada yang lebih membuat anak bahagia selain mendapat perhatian penuh dari orangtuanya.

Semua langkah di atas memang tidak mudah diterapkan apalagi jika anak melakukan sikap buruk yang sangat mengganggu, misalnya memukul anak lain atau marah dan menangis sambil berteriak-teriak. Jika hal itu sudah terjadi, Anda bisa memberinya hukuman dengan 'time out'.

Sayangnya menurut Jacob Azerrad dan Paul Chance, cukup banyak orangtua melakukan kesalahan saat memberikan 'time out'. Ada orangtua yang memberikan anak 'time out' dengan menyuruhnya pergi ke kamarnya. Padahal di kamarnya anak bisa mengerjakan hal yang ia sukai.

'Time out' seharusnya membuat anak berada dalam situasi yang membosankan. Berikut cara yang bisa Anda lakukan misalnya saja setelah si kecil memukul temannya:

1. Katakan padanya: "Kita tidak memukul". Ucapkan hanya tiga kalimat itu saja, tidak perlu memberikan penjelasan lebih lanjut.

2. Usai mengatakan hal itu, gandeng tangan anak dan dudukkan dia di kursi yang menghadap tembok kosong. Anda berdiri di dekatnya sehingga kalau dia akan pergi dari kursi tersebut, Anda bisa membawanya lagi ke kursinya.

3. Biarkan anak duduk di kursi itu selama tiga menit. Jangan katakan apapun padanya selama dia duduk di kursi itu. Kalau anak berteriak, menendang, memukul atau bertanya dan mengaku ingin pergi ke kamar mandi, diamkan saja. Sangat penting untuk tidak mengatakan apapun padanya.

4. Setelah tiga menit, biarkan dulu dia duduk di kursi sampai dia bisa tenang dan bersikap baik, selama beberapa detik. Saat dia sudah tenang, katakan kalau dia sudah bersikap baik dan boleh meninggalkan kursi. Jangan biarkan anak meninggalkan kursi kalau dia belum menunjukkan sikap baik selama beberapa detik.

5. Ketika time out sudah selesai dijalani, jangan bahas hal tersebut. Jangan diskusikan soal kenapa dia mendapatkan hukuman itu. Anda hanya perlu mengatakan pada anak sekali lagi, "kita tidak memukul".

Saat anak sadar kalau Anda serius dan dia tidak bisa menarik perhatian Anda dengan sikap buruknya, proses 'time out' akan lebih mudah dan akan makin jarang dilakukan.

Membadai

Tidak ada kata lain. Selain. Subhanallah. Benar-benar luarbiasa kuasa Allah yang satu ini.
Padahal mah cuma air. Dan hujan. Tapi kombinasina ditambah dengan suara guludug yang membahana dan tiap beberapa menit petir ikut menari meramaikan siang menjelang sore hari ini.

Hujan.Guludug.Petir.Basah. Komplitlah untuk menyempurnakan setiap doa yang akan dipanjatkan di waktu berkah dan ijabah ini.

Gusti, mohon keberkahan pada setiap kehidupan kami di dunia.
Rabb, semoga iman kami jauh lebih kuat dengan melihat dan mengalami bukti ayat-ayat kauniyah-Mu.
Ya Allah, hati-hati kami masih teramat lemah, mohon kuatkan...
Dan meluncurlah doa-doa yang ingin dipanjatkan...

Bismillah ya Allah, amiin ya Allah...

-kala hujan masih mengguyur-

He Said,"..."

Mario Teguh said,” Jika ingin tahu seberapa besar cinta pasangan Anda, maka lihatlah pengorbanan yang dia lakukan untuk kita.”

Ya kurang lebih seperti itu kalimat intinya ^_^

Then. Uhm. Jadi, gimana nih!

Setiap laki-laki dan perempuan yang menikah. Dari awaaaaalll sekali ( sengaja di panjangkan kata awalnya). Sudah sangat harus menyadari bahwa pasangan kita memiliki kelemahan ( da kita mah melihat kurang dulu, baru nyadar ada lebihnya, hehe), nah beliau juga punya sejumlah kelebihan. Sama dengan kita di mata pasangan. Ada minus dan ada plusna. Jadi pas menikah kita ketemu partner seimbang dari segi kualitas plus minus ^_^

Kita siap dengan kelebihan kan, secara ari nu enak dan positif mah kita jarang complain. Giliran ketemu sama kekurangan, eleuh ternyata stok sabar dan ikhlas kita belum maksimal, jadi we yang muncul adalah keluhan (Cung, yang pengalaman ^_^ ). Betul, bahwa penerimaan kita akan pasangan butuh keberanian, butuh niat kuat, butuh keikhlasan, dan butuh strategi untuk mengelola hati kita dulu baru bisa menemukan solusi, nih pasangan gw bagusnya di apain ya ( hehe). Dan semua butuh latihan…latihan..latihan. Tidak serta merta 1 hari setelah menikah, kita langsung siap dengan kekurangan pasangan. Proses menikah ya seumur kita berinteraksi dengan suami/istri kita. Berarti hitung saja 24 jam sehari x berapa tahun. Nah, itulah waktu kita untuk berdamai dengan kekurangan kita juga, dan kekurangan pasangan juga.
Hadeuh, naha judulna quote Mario Teguh ya..(bingungsendiri.com)

Yaa…menurut saya itu juga solusi. Kalau kita merasa pasangan kita belum (tidak) mencintai kita, lihat apa yang sudah di korbankannya untuk kita : menikahi kita, mau menerima minus kita, rela 24 jam bersama kita, mau jadi bapak/ibu anak2 kita, dan seterusnya.

Ini berlaku buat laki-laki dan perempuan lho. Masa we si perempuan terus berkorban untuk suamina…dan si suami cuek beibeh saja. Atau sebaliknya. Atuh moal ketemu-ketemu. Masing-masing harus berani berkorban, berani saling mencintai, berani menerima segala sesuatunya hiruk pikuk berumahtangga.

-senang menulis ini, biar bisa evaluasi..ari sayah udah banyak berkorban belum ya? (tanya diri sendiri sambil merenung sambil berharap saya sudah melakukan pengorbanan yang besar di sisinya ^_^ )

12 November 2011

Sabtu Sibuk

Jieh...browsing di rumah. Nikmat luar biasa, heheu.
Senang dong! Pasti banget. Punya modem sendiri emang seru. Bisa ngenet kapan aja, dengan syarat terisi pulsa..haha. Tapi jadi bingung mau ngapain. Gugling-gugling, cek FB, nulis blog, baca berita, cari yang pengen diketahui, and also chatting ( yeah, kalo ada yang online).

Sabtu sibuk ronde pertama di isi dengan : menyiapkan dua gelas susu untuk ayah dan Rava. Lanjut dengan memandikan Rava, lanjut lagi dengan setrika segunung.
Selingan --> sarapan pagi. Menu nasi goreng biasa ajah ^_^

Sabtu sibuk ronde kedua : cuci-cuci baju, beresin rumah dan jemur. Ayah sih sibuk potong rumput dan membersihkan halaman belakang agar lebih cantik (ahay).

Sabtu sibuk ronde ketiga : gw dong. Nge net sambil nunggu Rava bobo..

Then..say Alhamdulillah!

Sabtu sibuk berikutnya : ke rumah Mamah di Lembang. ke Daarut Tauhiid ( sudah lama tak bertemu anak-anak My English Club, miss u so dear all!)..dan lanjut pulang ke rumah lagi...Asyik..sibuk sekali kan ^_^

Mari bersenang di sabtu. Di hari libur. Di hari keluarga. Berbahagia ^_^

11 November 2011

Cappuccino


Hari itu. Di Desember yang basah. Melihatnya lagi dalam kemeja abu-abu bergaris tipis dan jeans hitam. Menyesap cappuccino dalam diam dan ditemani laptop sewarna kemeja. 4.30 sore, selalu di jam itu. Setiap hari jumat. Sendiri, seolah memiliki ruang dan waktu sendiri.

Tinggi sedang. Rambut pendek rapi. Kulit kecoklatan. Tidak tampan, tapi menarik. Mungkin karena senyum yang selalu dia sunggingkan setiap masuk ke tempat ini.

Kukira dia seorang mahasiswa, tapi kelihatannya terlalu dewasa. Jadi kusimpulkan dia adalah seorang pegawai kantor. Dia tak pernah datang di hari lain selain jumat. Tidak dengan teman-temannya dan tidak terlihat mengobrol dengan siapapun di tempat ini. Hanya disana, di pojok dekat air terjun buatan. Bertiga saja. Dengan cappuccino dan laptop.

Itu di Desember. Artinya sudah 4 kali jumat dia datang.

Ini Januari di tahun yang baru. Aku bersemangat menyambut sore di jumat pertama bulan pertama. Senangnya. Bertemu dia yang sendirian. Menatapnya, menyambut senyumnya di pintu masuk. Menawarinya segelas cappuccino. Sungguh senang. Terasa hangat saat memikirkan sosok nya saja.

Meja dan kursi itu masih disana. Air terjun buatan masih mengalir. Meja itu kosong.

Dan selama 4 minggu di Januari. Juga Februari. Juga Maret. Juga April. Meja itu kosong. Tentu saja karena tak ada dia yang duduk disana. Hilir mudik selalu berganti orang yang berbeda menempati meja itu, tapi bukan dia. Orang lain, dan bukan dia.

Aku tak mengenalnya di Desember. Juga di Januari, Februari, Maret dan April. Tapi aku tahu aku kehilangannya. Sangat. Mulai ada segaris luka di hati kala tak bisa menatap sosoknya. Merindui yang sangat. Mengenangnya membuat pilu. Ada entah di sini. Di hati.
Lalu aku mulai tak memperhatikan meja itu lagi. Membiarkannya. Melewatinya setiap aku bisa. Berusaha tak menatap pintu masuk.

Mei belum lagi berakhir. Masih minggu ke empat. Ini hari kamis. Aku sungguh tak berharap dia datang besok Jumat.

Tapi ada dia. Disana. Di meja yang biasa. Hari jumat itu. Dengan cappucinno-nya. Tapi tidak ada laptop. Ada yang menggantikan benda itu. Sosok perempuan berambut sebahu yang anggun dan mempesona. Cantik, menawan dan terlihat sangat cerdas dengan kacamata di wajahnya.

Senyumnya tidak hanya saat masuk, tapi saat berbincang, saat si wanita mengatakan sesuatu. Matanya tersenyum. Aku tahu itu senyum apa. Senyum kehangatan, senyum sepenuh perasaan. Karena aku memiliki senyum itu untuk dirinya. Hanya buat dia. Seorang.

Ada yang mendadak perih. Ah! Hati, kau terbuat dari apa. Sedemikan rupa menjajah rasa.

Dia. Masih disana dengannya.
Aku. Masih disini, di balik meja penuh berbagai macam makanan manis. Dan terasa pahit di pandanganku sejak hari jumat terakhir di bulan Mei.

Dia. Tak pernah aku tahu.
Dia. Tak tahu siapa aku.

Seorang pelayan café saja.

dorokdok

Ieu teh sejenis kurupuk.
Rasa asin gurih na berpadu dengan bahan asli kulit (sapi), kalo yang asli. Kalau yang palsu saya juga ga hafal terbuat dari apa. Sayangnya, saya suka dorokdok. 500 an per bungkusna. Dan kurupuk ini bikin dedeuieun...bikin ketagihan..bikin kecanduan. Jadi tidak cukup satu bungkus sodara. Minimal 5 bungkus mah habis dalam 1 kali jajan.Hehehe.

Dorokdok bisa bikin penyakit susah nelen, alias tenggorokan seret. Maka sediakan air minum selalu setelah menyantap penganan inih. (Tips saya).

Asal muasal nama dorokdok tidak jelas, di mbah gugle juga tidak di temukan. Cari di kamus besar bhs Indonesia saya ga yakin nama ini ada ^_^ Kurupuk ini bisa didapatkan di toko oleh-oleh Bandung..padahal setau saya aslina mah dorokdok teh ti Garut. Dan terbukti, kurupuk dorokdok yang dari Garut mah enak pisan, beda sama yang di jual di pasar-pasar. Maklum asli, pan yang asli selalu mahal..leres teu?

Ah, ini mah mengenang tentang dorokdok, karena seharian ini saya telah habis 4 bungkus...

K r e a t i v i t a s


Kita tak tahu batas kreatifitas setiap diri.

Pagi ini, Rava bereksperimen dengan sekantung keresek uang logam pecahan 50, 100, 200 dan 500. (sayang sekali gambarnya belum bisa di upload, koneksi hp ke kompi harus di set ulang, hiks).
Dia susun pecahan uang itu membentuk satu kubah, bertangan, berkaki dan bersulur-sulur.

“Ibu, Rava bikin robot!” Hiya…kutanggapi dengan antusias.
“Rava hebat! Keren nak robotnya. Ayo teruskan?”

Bicara soal kreatifitas. Rava yang 3 tahun itu selalu mengagetkan ayah ibunya. Di rumah ada banyak komik Naruto. Dia minta semua diturunkan. Lalu dia susun seperti tangga, kadang dia susun menjadi rumah, menjadi bentuk zigzag. Hebatnya, semua diatur secara presisi. Ujung ke ujung buku. Cover depan dan cover belakang di susun berurutan. Warna di sesuaikan.

Saya jadi mikir. Ternyata anak tuh ga mesti selalu di belikan mainan dan mainan. Apa yang ada dirumah, apa yang tersedia sebetulnya bisa dijadikan lahan berkreatifitas. Buku, alat masak, tanaman, meja kursi, sandal, tali, pensil dan ballpoint, kertas bekas, mouse yang sudah tak terpakai, kardus bekas, dan sebagainya.

Saya pernah coba belikan dia mainan robot. Sehari dia pegang terus, sampai tidur pun dibawa. Besoknya, udah ga inget tuh. Dibiarin aja si robot tergeletak. Ternyata oh ternyata…namanya juga mainan, bukan benda “asli”, ya riwayat hidupna juga tak lama..hehe.

Balik soal kreatifitas. Daya imajinasi seseorang sungguh sangat tak terbatas. Tergantung memang dari apa yang dia lihat, dia dengar, dia rasa dan dia amati. Kemudian membran-membran otak bergeliat untuk membentuk imajinasi baru…terus dan terus.

Welcome Creativity!

(lihat, uang-uang itu berubah jadi susunan ikan paus..great job my son!)