29 Februari 2012

Menutup 29

Kabisat.

Hoho.. berapa tahun sekali ya.

Mari kita tutup dengan ucapan Alhamdulillah.

Di penghujung Februari 2012.

Bertemu di 1 Maret 2012 besok hari, InsyaAllah.

Selamat tinggal, tgl kabisat.

Merindukanmu...beribu hari lagi..


Sudah lama

Matahari itu tak protes saat terjatuh. Menangis pun tidak.

Rava. Tak apakah badanmu? Sakitkah? Terlukakah?
Senyum mentarina terbit. Menenangkan. Membungkam sekian tanya ibu. Memberi ketenangan dan rasa nyaman yang sangat.

Rava. Ibu ini ibumu kah?
Yang sayang amat sangat.
Yang terlelap setelah melelapkanmu.
Yang menangis jika kau terluka.
Yang menderita karena perih yang tak kau mengerti.
Yang bertekad seumur hidup membahagiakanmu..di lahir dan di batin.
Yang sesungguhnya jauh lebih rapuh, tapi berusaha dan harus kuat

Rava. Di sisimu, aku ibu yang seperti apa?

*spechless mom, judulna, hiks*

Kisah Kasih Itu

Sore. Di ujung ruangan lalu lalang.

Jika kau baca kisahku. Begitulah.
Jika kau dengar dari sisiku. Begini teh.
Jika kau baca kisahnya. Itu hatinya.

Sungguh. Yang nyata adalah bahwa pemilik hati kita bukanlah kita. Merasa sombong karena seolah menguasai "hati". Haha..you are very stupid. Bukan kamu yang bisa membolak-balik rasa hati. Bukan kamu yang bisa mencondongkan rasa. Lihat. Sang pemilik tersenyum, karena kita begitu bangga dengan kecenderungan hati yang kita miliki. Padahal, apa yang esok terjadi bukan ada di genggaman rasa hati kita. Bukan ada di fikiran dan akal yang kita anggap cerdas ini. Bukan ada pada rencana dan kemungkinan-kemungkinan tersistematis.

Nah. Beranikah kita mengakui bahwa hati ini bukan milik kita. Jangan sombong. Jangan merasa "aku".

Hm. Curhatan sore hari. Karena mendengar kisah dari seorang sahabat seolah menonton sinetron live ^_^


De Aji

Kisah ini berasal dari seorang ibu tangguh.

De Aji sejak kelahiran mengalami 'keterbatasan' fungsi di area mulut dan hidung. Minum dan makan menjadi satu perjuangan yang harus dilewati setiap harinya. Baru akan menginjak 2 tahun hidupnya. Dan operasi menjadi jadual yang tanpa diminta harus dijalaninya.

Kedua kalinya langit-langit mulut harus di operasi. Menambal yang bolong-bolong dengan kulit yang diambil entah di bagian mana. 

Apa yang ibu rasakan melihat sang buat hati di bius total? 
Apa yang kita rasakan saat mendengar penuturan sang ibu?
Apa yang anda rasakan saat mengetahui ini?

Hati lah segala tempat berpulang. Semoga setiap kita belajar bersyukur lewat cara apapun. Dari kejadian apapun. Dari peristiwa yang Allah pasti memberi kemudahan kepada kita untuk selalu meyakini jaminan-Nya.
Dalam hidup kita. Seberat apapun ujian yang menimpa kita.
Yakin Allah ada untuk kita. Hingga akhir ujian yang kita terima.

Rabb. Ampuni kami!

Bicara Takdir

Ketemu lagi dengan seorang muslimah di senin siang. 10 tahun bergelut dengan dunia Sekuritas (nah, saya juga ga  begitu ngeh soal ini mah). Seorang wanita tangguh di usia 30 tahunan yang sedang mencari dan terus belajar, walau bukan bidang yang digelutinya dalam karir.

Kami berbincang.
Soal takdir. Soal kemungkinan. Soal kehidupan. Soal diri kita masing-masing.
Menyenangkan.

"Jadi yang bikin label kalau kita dapat takdir baik dan takdir buruk itu sebetulnya kita ya teh?" tanyanya.

Lha, saya juga jadi mikir. Iya ya, jangan-jangan kalau kita mendapat ujian, musibah, atau apapun yang datang ke hidup kita. Langsung mulai me-label-i dengan "baik" atau "buruk".

Contoh : Saya sudah menikah, dia belum menikah. Buat dirinya posisi 'belum menikah' ini bisa di sebut dengan takdir buruk (saat ini). Tapi bisa juga jadi takdir baik, karena Allah masih memberinya kesempatan untuk beraktifitas di ruang private maupun publik dengan maksimal. Belum ada kewajiban sebagai istri atau ibu.

Contoh lain (dari saya) : kemaren nabrak mobil orang. Ini bisa disebut takdir buruk. Karena harus mengganti kerusakan, saya juga jadi bete dan kesal seharian (tanya terus, kok bisa gini..kenapa...). Padahal bisa jadi ini juga takdir baik jika hati bergantung pada jaminan Allah, bahwa Allah akan mengganti rezeki yang kita keluarkan dengan yang lebih, bahwa Allah mencubit kita agar banyak taubat (siapa tahu kecelakaan ini karena maksiat dan dosa saya, Astagfirullah). Takdir baik jika kita mengiringi dengan banyak khusnudzan kepada Allah.

Takdir. Bicara tentangmu harus selalu mengingatkan pada diri. Rukun iman yang ke-6 ini mestilah menjadi motivasi kita untuk terus bisa yakin kepada Sang Maha. InsyaAllah.

Nah, begitulah sesi siang hari itu. Berdua berbincang dengan segala takdir di sekeliling kita (Nuhun teh).

Penilaian

Tau ga sih lo. Lu tuh horor banget di mata orang. Jutek dan tak ramah. Hiyyy! Menyeramkan.

Pernah dinilai orang kayak gitu?
Saya pernah, hiks! Dan sedih luar biasa. 
Pasalnya struktur muka yang cenderung judes ini mempengaruhi persepsi orang saat 'pertama' kali bertemu. Well yeah, sudah diusahakan senyum. Tapi memang kesan pertama ini membekas di ingatan teman-teman saya, yang telah mengakui dengan sukarela bahwa dulu memang enggan ketemu dan kenal dengan saya karena 'performance' na menakutkan, huhuhu.

Ada juga yang bilang. Tindakan dan sikap yang aku ambil tuh bisa bikin orang enggan bertemu dan punya persepsi "aku tuh menakutkan." Hiks..sedih lagi dweh.

Sebetulnya penilaian setiap orang bebas-bebas saja. Mau kita terima dan telen bulet-bulet juga mangga ^_^. Mau kita abaikan dan kita acuhkan juga sah saja. Lha wong kita yang menentukan diri kita mau seperti apa. Dan penilaian orang amat sangat subjektif...tak semua orang yang kita kenal 24 jam hidup dengan kita, tau buruk dan baiknya kita. Paham tindakan dan sikap yang kita ambil. Atau mengetahui pemikiran kita lebh dari yang kita tahu.

They just see from what they heard or see in the first met or from our outlook perform.

Bagi seorang muslim. Penilaian manusia bisa dijadikan barometer untuk mengukur kekurangan diri dan kemudian memperbaikinya. Akhlak harus di stimulus dengan respon apapun dari sekitar kita.Yang positif ditingkatkan dan tak sombong. Yang negatif di taubati dan diperbaiki. Semua butuh proses dan usaha.

Yakin saja. Seburuk apapun dan sebaik apapun kita di hadapan manusia. Yang sungguh sangat tahu diri kita hanyalah Allah. 

Jangan berkecil hati...teruslah berniat untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari.

SEMANGAT!!!

Dunia Ini

Dan kehidupan dunia hanyalah senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenarnya kehidupan kalau mereka mengetahui. (QS.Al Ankabut : 64)

Pagi-pagi. Aagym lewat sms Tauhiid nya mengingatkan (lagi) ayat ini.

33 tahun sudah diberi kesempatan untuk hidup. Diwarnai setiap peristiwa dan aneka kejadian. Ada senang, bahagia. Ada sedih dan kecewa. Semua menjadi sebuah drama bagi diri sendiri. Aktor utamana adalah "aku". Sutradara adalah Allah. Dan skenario yang terhebat ada pada Al Qur'an.

Kamu?
Bagaimanakah memaknai dunia ini?
Dari versimu, dari sudutmu, dari kehidupanmu?

 

28 Februari 2012

Tumpuk Menumpuk

Kamu berdiri disana. Ditemani oleh satuan tugas yang belum selesai. Kemudian setumpuk pekerjaan datang lagi menemuimu. Sampai kau tertimbun disana. Ditumpukan kertas dan deadline.

Nah!
Begitulah hectic. Hari-hari yang diwarnai tugas yang sudah selesai, masih salah dan harus diperbaiki. Kemudian datang tugas baru. Tumpuk menumpuk.

Mana prioritas kalau begitu. Sementara "pesanan" harus sudah diselesaikan. Dan tak mau tahu.
Punya 24 jam yang harus kau bagi..bagaimana caranya?

Bisakah?

Harus!

Sebuah amanah selesaikanlah. Lanjutkan dengan amanah berikutnya.
Bukankah Allah mengajarkan kita -manusia- begitu.

Bismillah saja.
Dan selamat datang tumpukan pekerjaan.
 

Baik Sangka

Bukan hanya kepada sesama manusia kita harus baik sangka. Karena Allah mengajarkan bahwa kita harus baik sangka (khusnudzan) dahulu terhadap Allah.

Point pengajian sabtu di Umi Hani kemaren, yang aku copas dari sahabat tersayangku (cause im not there, hiks)..adalah :
1. Hidup tidak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan, yang kita duga.
2. Berusaha untuk baik sangka pada Allah lah, yakin terus..dan hilangkan dzon-dzon (prasangka) buruk dalam lintasan hati kita.
3. Yakin dengan takdir terbaik dari Allah, karena hidup berada dalam sistem dan hukum Allah

Begini ceritanya :
Pagi itu, senin. Di tanjakan menuju kantor. Gigi motor sudah dipasang 2, rem kaki dan pegangan pada stang pun sudah maksimal. Tiba-tiba motor matic milik anak SMU nyalip dari kanan, posisi motorku maju pelan. Saat dia berbelok ke kiri depan, menyenggolah belakang motorna ke bagian depan motorku. Blade itu sungguh berat sodara, aku kehilangan kendali, motor oleng. Dari arah atas, mobil Zebra meluncur pelan. Motorku jatuh, dreetttt....menggarislah mobil itu. Insiden Bapak PNS turun, protes atas kerusakan mobil, sementara diriku harus mengangkat motor yang berat itu, memastikan Rava dalam boncengan baik-baik saja, dan panik karena dari arah depan belakang klakson berbunyi. Macet sudah disana.

Sedih? Iya.
Kesal? Iya.
Kecewa? Iya banget.

Setelah sampai kantor. Fikirku membatin. Ini takdir Allah. Ini takdir Allah. Harus kusikapi. Harus kuyakinkan bahwa ada hikmah di balik kejadian ini.

Kultum di Halaqoh yang kubawakan senin pagi itu di iringi sesak. Ingin menangis rasanya. Tema Khusnudzan ini jadi terasa berat. Saat kesal, saat kecewa, saat ingin bertanya kenapa terjadi. Harus tetap baik sangka pada  anak SMA yang menyenggol, harus baik sangka pada bapak PNS yang menagih janji perbaikan mobilna, harus berbaik sangka kepada Allah yang meng kun fa ya kun kan pagi itu disana.

Berat. Sungguh berat. Dan inilah makna mujahadah.
 

24 Februari 2012

Cenat Cenut

Bukan penggemar Smash kalau itu yang ingin ditanyakan, hehe.
Ada kan sinetron Cinta Cenat Cenut, yang saya yakin di gemari para kawula muda, para teenager Indonesia.
Tapi saya tegaskan sekali lagi, saya bukan penggemar Smash dan sinetron itu. Jadi jangan maksa untuk mengakui ^_^

Cenat cenut istilah yang saya suka kalau mulai berhadapan dengan sakit kepala yang menggigit, yang terasa nyut-nyutnya hingga pening luar biasa dan jalan mulai goyang kiri, goyang kanan. Penyakit yang kerap menimpa para ibu bekerja seperti saya..hectic dengan pekerjaan, hectic dengan orang-orang, hectic dengan masalah kantor, hectic juga dengan masalah orang lain ^_^

Cenat cenut indikasi sudah mulai harus di defrag kepala ini. Minimal mengkonsumsi obat warung untuk meredakan sakitnya. Tidur nyenyak dan kemudian menghilangkan file-file rusak dari memori kepala. Biar fresh, biar kepala kosong dan siap menerima file baru yang menyehatkan.

Begitu bukan?

Weekend

Aih..senangna bertemu sabtu minggu.

Itu dulu...

Sekarang sih...biasa aja.

Soalnya memang harus begitu. Tak ada hari spesial. Senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, minggu sesungguhnya punya arti yang sama, kalau kita mengisinya dengan hal-hal terbaik yang bisa kita lakukan.

Tapi, yakinkah?
Bahwa kita sudah melakukan yang terbaik di hari-hari kita?
Hari ini lebih baik dari kemarin. Slogan ini menjadi motivasi bagi kita yang ingin do the best for life ^_^

 Semangaaaaaaaaaaaaatttt!

 

Pilek

Hatchih!
Pertanda.
Kamu kenapa?
Sedang mengalir deras dari hidungku ini.
Cairan dan entah benda apa yang mengikutinya.

Hatchih!
Ambil tissue atau saputangan
Bersihkan.
Buat nyaman hidungmu.

Hatchih!
Aih, ini apa pula.
Tak ada yang mengalir bening dan asin
Tak ada yang perlu dibersihkan
Tak ada benda asing lain yang mengalir

Ah, ternyata itu sebuah "pertanda" masalah lain muncul.

Pilek selalu diikuti dengan bersin-bersin. 
Masalah juga selalu datang diiringi pertanda
Bukan?

Koridor

Harus jelas arah kita mau kemana.

Kerja untuk apa?
Memiliki anak karena apa?
Bersosialisasi dengan maksud apa?
Suka dan benci dasarnya apa?
Ibadah maksimal mengejar apa?

Selalu kembali pada niat di awal...dan koridor yang tepat untuk menjadi jalan lempang bagi kita mengarungi hidup.

Memilih koridor yang manakah?
Sisi spiritual, sisi emosional, sisi kebutuhan manusia, sisi apapun dari diri kita membutuhkan koridor untuk memagari perilaku dan tindakan kita agar tidak keluar dari jalur yang sudah seharusna.
 

Tanya Kenapa

Asking why?

Kalau tak salah ini teh salah satu tagline salah satu iklan. Tapi sayah juga lupa ini iklan apa ^_^

Tanya kenapa?
Untuk setiap peristiwa, kondisi, situasi, dan apapun yang berkaitan dengan kita, kemudian masih bingung, yg muncul pasti pertanyaan "kenapa".

Jelas juga, bahwa bertanya tanda kita menggunakan akal. Walau diam juga bukan berarti tidak menggunakan akal ^_^

Haruskah kenapa ini bersanding dengan jawaban?
Bisa ya, bisa tidak. Tergantung kebutuhan yang nanya dong. Seberapa penting harus terjawab, seberapa harus dijawab.

Ah bingung..hehe.

But, should it like that..always asking why for every situation?
Or shoul we just accept it all..and stay cool?

Hehe

Perempuan Hebat

Pagi di jumat yang berkah, InsyaAllah.

Bina Ruhiyah (Biru) atawa Halaqoh Daarun Nisaa yang dimana koordinatorna adalah saya sendiri (haha). Kebagian jadi panitia kajian tiap jumat pagi yang dihadiri oleh seluruh muslimah seentero Daarut Tauhiid (lebay.com). Biarin ah...

Pagi ini di aula di tayangkan sebuah cuplikan yang diambil secara gratis dari Youtube (thanks)...Kick Andy Present : PEREMPUAN HEBAT

These are the stories :
1. Ibu Nafisah, memiliki amanah 12 putra putri dan semuanya menjadi dokter..di bidang spesialis lagi.
2. Ibu Mulia, memiliki amanah 15 putra putri, beberapa jadi dokter, selebihnya insinyur.

What do you get from them :
Banyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkk sekali!

* Keduanya ditinggal oleh lelaki bernama "suami"...dan menjadi single parent lah perempuan-perempuan itu*

Tak lengkapnya sebuah keluarga (means, tanpa figur ayah), tak membuat dua keluarga ini menyerah dan tak melanjutkan hidup. Karena sosok bernama "ibu" selalu menguatkan anak-anaknya untuk menyongsong harapan dan masa depan terbaik. Kekuatan spiritualnya, kekuatan emosionalnya, kekuatan sosialnya, kekuatan karakter dirinya, yang bahkan pendidikan formal SMP saja tak tamat telah menjadikan mereka begitu berjasa besar bagi keberlangsungan hidup generasinya.

Maka, di telapak kaki ibulah surga sesungguhnya berada. Yang tak pernah lelah untuk "hidup" dan "menghidupkan".

Perempuan sejatinya akan kembali pada fitrah yang sebenarnya : 
menjadi ibu yang diminta pertanggungjawabanna oleh Allah, 
menjadi  istri yang diminta pertanggungjawaban kepemimpinannya di rumah tangga

(sebuah refleksi yang amat panjang bagi kehidupan saya sebagai perempuan ^_^)

23 Februari 2012

20 Februari 2012

Saking udah kelewatnya menulis..akhirnya tanggal menjadi salah satu judul tulisan di blog, hehe.

Ada kesan di tanggal-tanggal tertentu?
Bisa iya, bisa tidak. Bagi yang tipe susah ingat dan sering lupa seperti saya. Tanggal bisa jadi reminder yang paling baik. Hari lahir seseorang, kematian, kisah romantis, kisah sedih, kisah selalu bermuatan tanggal dan peristiwa.

Ada tanggal-tanggal tertentu yang memang harus kita 'peringati' dan harus kita renungi. Atau bisa jadi ada tanggal-tanggal yang harus kita hilangkan dari ingatan dan di tafakuri saja..

Kamu punya tanggal berapa yg mengesankan?
1...3....7...11....15...20....atau berapa?

Dan yg paling pasti menyenangkan adalah ketika tanggal-tanggal mulai berwarna merah..karena itulah waktu libur..haha

Ah, kangen...

Sungguh...
Kangen sekali menulis di blog ini. Judulna sibuk dan tak sempat menulis. Padahal memang susah cari waktu menuangkan lagi hati di sini (haha).

Masih seperti ini. Tetap hectic dengan hari-hari di tempat yang baru. Juga dengan hiruk pikuk persoalan hidup (hehe). Dan masih disini...menunggu sesuatu..menanti sesuatu...berharap sesuatu, menemukan sesuatu, memimpikan sesuatu, membuat sesuatu...

Apakah?
Apa saja..hehe
Yg jelas kangen itu terobati sudah ^_^