14 November 2011

Anak Tidak bisa dikontrol?

Menurut Jacob dan Paul (psikolog anak) selama ini orangtua lebih memperhatikan sikap buruk anak ketimbang perilaku baiknya. Seorang konsultan pendidikan Glenn Latham, Ed.D menemukan dalam risetnya orang dewasa cuek pada 90% sikap baik anak-anak. Mereka justru lebih memperhatikan anak-anak saat mereka bertingkah laku tidak baik.

"Kalau anak melakukan tindakan yang menyakiti orang lain, seperti dia merencanakan membunuhnya, bawa dia pergi dan buat dia tertarik pada hal lain".

Tips untuk mengatasi anak yang tidak dapat dikontrol:

1. Selalu perhatikan sikap anak yang menunjukkan dia mulai dewasa. Misalnya saja, bisa mengatasi rasa kecewa, bersikap baik secara spontan dan menunjukkan ketertarikan untuk belajar. Saat Anda melihat sikap-sikap itu, berikan mereka pujian.

2. Di waktu-waktu tertentu (5 menit sampai 5 jam setelah suatu kejadian), bicara ke anak soal sikapnya yang sudah Anda perhatikan sebelumnya. Anda bisa mengatakan, "Apakah kamu ingat tadi waktu Chika jatuh dari sepedanya dan dia susah berdiri lagi, kamu membantunya. Kamu ingat nggak".

3. Saat anak ingat peristiwa yang Anda katakan pada poin kedua, beri dia pujian. Anda bisa mengatakan, "Kamu baik sekali tadi membantu Chika naik ke sepedanya lagi. Aku bangga padamu". Pujian lain juga bisa Anda berikan saat dia menunjukkan kedewasaannya. Misalnya, "Ibu tahu kamu sedih nggak bisa pergi ke mall, tapi tadi kamu tidak marah. Ibu bangga".

Usahakan Anda tidak mencampurkan antara memuji dan mengkritiknya. Jangan katakan "Aku bangga kamu membantu Chika, kamu kan biasanya jahat sama dia".

4. Setelah memuji anak, langsung lakukan aktivitas yang disukainya. Lakukan aktivitas itu secara spontan tanpa Anda harus mengatakan kalau itu adalah 'hadiah' atas sikap baiknya. Anda bisa mengajaknya berjalan-jalan, main game atau membacakannya cerita. Harap diingat, jangan bagi perhatian Anda dengan hal lain saat melakukannya. Tidak ada yang lebih membuat anak bahagia selain mendapat perhatian penuh dari orangtuanya.

Semua langkah di atas memang tidak mudah diterapkan apalagi jika anak melakukan sikap buruk yang sangat mengganggu, misalnya memukul anak lain atau marah dan menangis sambil berteriak-teriak. Jika hal itu sudah terjadi, Anda bisa memberinya hukuman dengan 'time out'.

Sayangnya menurut Jacob Azerrad dan Paul Chance, cukup banyak orangtua melakukan kesalahan saat memberikan 'time out'. Ada orangtua yang memberikan anak 'time out' dengan menyuruhnya pergi ke kamarnya. Padahal di kamarnya anak bisa mengerjakan hal yang ia sukai.

'Time out' seharusnya membuat anak berada dalam situasi yang membosankan. Berikut cara yang bisa Anda lakukan misalnya saja setelah si kecil memukul temannya:

1. Katakan padanya: "Kita tidak memukul". Ucapkan hanya tiga kalimat itu saja, tidak perlu memberikan penjelasan lebih lanjut.

2. Usai mengatakan hal itu, gandeng tangan anak dan dudukkan dia di kursi yang menghadap tembok kosong. Anda berdiri di dekatnya sehingga kalau dia akan pergi dari kursi tersebut, Anda bisa membawanya lagi ke kursinya.

3. Biarkan anak duduk di kursi itu selama tiga menit. Jangan katakan apapun padanya selama dia duduk di kursi itu. Kalau anak berteriak, menendang, memukul atau bertanya dan mengaku ingin pergi ke kamar mandi, diamkan saja. Sangat penting untuk tidak mengatakan apapun padanya.

4. Setelah tiga menit, biarkan dulu dia duduk di kursi sampai dia bisa tenang dan bersikap baik, selama beberapa detik. Saat dia sudah tenang, katakan kalau dia sudah bersikap baik dan boleh meninggalkan kursi. Jangan biarkan anak meninggalkan kursi kalau dia belum menunjukkan sikap baik selama beberapa detik.

5. Ketika time out sudah selesai dijalani, jangan bahas hal tersebut. Jangan diskusikan soal kenapa dia mendapatkan hukuman itu. Anda hanya perlu mengatakan pada anak sekali lagi, "kita tidak memukul".

Saat anak sadar kalau Anda serius dan dia tidak bisa menarik perhatian Anda dengan sikap buruknya, proses 'time out' akan lebih mudah dan akan makin jarang dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar