27 Februari 2009

Layar Kompi Gelap


Saya cuti 3 bulan karena melahirkan Rava. Bukan salahnya kalau setelah masuk kerja, tiba-tiba saya ditempatkan di posisi baru. Tanpa meja, tanpa komputer, tanpa jobdes, tanpa teman (sedihnya). Seminggu kelalang-kelililing. Terdamparlah di kantor lama. Dan masih belum ada meja. Lho, saya kerja apa, gimana saya kerja? Maklum era sekarang fasilitas bisa membantu manusia mempermudah kerjanya, atau terbalik. Manusia membantu fasilitas untuk kelancaran kerja (Ah, saya pusing sendiri).
Seminggu setelah masa kerja yang menyenangkan (hanya ngobrol dan diskusi seadanya plus silaturahmi sana-sini karena orang maklum saya baru selesai cuti jadi tidak apa-apa kalau sedikit santai).
Protes sana-sini, sang komputer dan meja datang juga. Meja dengan kaca bening diatasnya, komputer warna hitam tanpa speaker. Senangnya hati ini. Di install-lah kompi yang saya beri nama sama dengan anak saya (Rava). Sebentar saja kompi beres, tombol on ditekan. Jreng-jreng! Layar kompi gelap! Eleuh,kenapa? Taunya monitor sudah lawas, jadi tampilan tak secerah mentari pagi. Kesal juga, tapi itu tetep kompi saya. Terima sajalah! Dua minggu berteman dengan kompi layar gelap begini bikin saya selalu tercerahkan saat liat kompi teman dan kompi suami yang terang benderang.
Lama-lama terbiasa.
Sesudah terbiasa. Ada yang mengganti monitor saya dengan monitor yang lain yang lebih gemuk, lebih besar, dengan tombol power melesak kedalam (entah kenapa), tapi sangat luar biasa terang benderang secerah matahari yang terbit di cuaca panas.
Senangnya!
NB: Menjadi orang yang mencerahkan orang lain seperti layar kompi yang baru itu ternyata menyenangkan yang melihat ^_^
(ini hikmah yang bisa saya ambil dari tulisan sebanyak itu, hehe).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar