24 Februari 2009

Sandaran Kursi


Satu buah kursi kita sandari dengan nyaman, berat badan sepenuhnya tertumpu pada kursi. Saat kursi jatuh, maka kitapun terjatuh. Sakit. Di kemudian hari ujicoba berbalik. Sang kursi menyandar pada kita, kali ini kursi yang menitikberatkn beratnya pada badan kita. Saat kursi jatuh, kita tetap tak bergeming.
Mirip dengan sebuah perandaian, dan kemudian pertanyaan, siapa yang kita SANDARI? Diakah yang bernama uang, harta, profesi, title, prestasi, bentuk fisik, ilmu yang dimiliki, atau apa?!? Jika harta kita makin lama makin habis, akankah kita terpuruk dan merasa menjadi manusia yang paling menderita? Maka jawabannya, memang harta yang kita sandari. Bukannya kemampuan diri kita untuk berusaha dan mencoba memandang lebih positif pada hidup saat harta tak jadi milik kita. Maka itulah yang dinamakan kebahagiaan. FB tgl 10 Feb 09
Dia yang Bertanggungjawab
Berpanas. Berpeluh. Berlari. Berlomba dengan waktu. Menemukan dan menggali sumber-sumber kebahagiaan. Untuk jawaban yang bernama tanggungjawab sejak akad mulai di ikrarkan. Itulah yang kemudian dinamakan sebuah pengorbanan. Saat lelah mendera maka ia menemukan senyum dari istri, anak dan keluarganya sebagai kekuatan. Saat badan linu-linu dan otot mulai mengeras, ocehan anak menjadi sumber energy yang membuatnya rileks. Baginya mempersembahkan sesuatu yang dinamakan kebahagiaan bagi orang-orang terkasihnya adalah arti dari sebuah tanggungjawab dan pengorbanan tiada putus. Yang diinginkannya dari semua itu : titipan pahala di sisi Tuhan-Nya. MP tgl 13 feb 09 & vyper chat
Satu buah kursi kita sandari dengan nyaman, berat badan sepenuhnya tertumpu pada kursi. Saat kursi jatuh, maka kitapun terjatuh. Sakit. Di kemudian hari ujicoba berbalik. Sang kursi menyandar pada kita, kali ini kursi yang menitikberatkn beratnya pada badan kita. Saat kursi jatuh, kita tetap tak bergeming.
Mirip dengan sebuah perandaian, dan kemudian pertanyaan, siapa yang kita SANDARI? Diakah yang bernama uang, harta, profesi, title, prestasi, bentuk fisik, ilmu yang dimiliki, atau apa?!? Jika harta kita makin lama makin habis, akankah kita terpuruk dan merasa menjadi manusia yang paling menderita? Maka jawabannya, memang harta yang kita sandari. Bukannya kemampuan diri kita untuk berusaha dan mencoba memandang lebih positif pada hidup saat harta tak jadi milik kita. Maka itulah yang dinamakan kebahagiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar