27 Februari 2009

Mikirnya Kita


Otak tuh buat mikir. Ya macem-macem mikirnya. Mau yang remeh temeh. Mau yang serius. Mau yang bikin mumet atau yang bikin rileks. Otak tuh ada buat mikirin diri sendiri, orangtua, suami atau istri, anak, keluarga yang lain (a.k.a Kerabat), mikir kerjaan, sekolah, masyarakat, penghasilan, uang, juga mikirin orang lain yang bikin kita sebel, kesel, kecewa, marah juga yang bikin kita senang dan bahagia. Otak jadi pusing karena overload dengan hal-hal yang harus difikirkan. Belum pernah ada penelitian yang mencoba menimbang berat beban otak yang penuh dengan segala pemikiran. Berapa ons, berapa kg? Entah.
Anehnya, dia suka-suka saja diajak berfikir oleh kita (otak maksudnya). Tanpa protes, tanpa menyela, tanpa mengkritik, tanpa sekalipun memberi saran. Terkadang malah saking overloadnya kita juga memikirkan urusan orang lain yang bukan urusan kita. Mikirin harga-harga sembako yang makin naik, tapi tetap saja kita mampu beli. Mikirin soal gambar-gambar caleg di jalan-jalan yang senyum-senyum entah palsu entah tulus, padahal mungkin kita tak akan memilih mereka. Mikir anak saya mau pake jenis pampers seperti apa, diskon ada di supermarket mana ya (ini mah obrolan dengan ibu-ibu di daycare ^_^). Juga berfikir soal carut marut dunia pendidikan, soal BOS, soal pungutan liar, soal guru yang memukul murid dan soal murid yang tawuran. Ada banyak pikiran lain yang mampir di otak kita yang tak sebesar bola sepak ini. Mikir juga soal fenomena gossip artis kawin cerai seolah dengan begitu mereka sangat-sangat amat bahagia karena biduk rumahtangganya diminati oleh penggemar gossip. Ada pula yang berfikir, jika meninggal nanti ingin memberikan kenangan apa buat orang-orang tercinta, yang kenal dan yang tidak kenal (karena kematian selalu pasti, dan Izroil tak pernah salah waktu, tempat dan orang).

Lho?!? Jadi sebetulnya berapa persen yang kita fikirkan itu benar dan sehat (saya suka kalimat ini, makanya saya garis bawahi dan tebalkan).

Ah, saya jadi pusing sendiri. Dicoba saja berhenti berfikir barang sejenak. (Nah, saat menulis pun saya berfikir mau mengetik apa lagi).

Sudahlah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar