26 Januari 2012

Keguguran

"Istri Bapak Y keguguran!"

Deg!

Membaca sms itu, atau mendengar kalimat itu. Apa yang dirasakan?

Sebagai perempuan saya terluka. Ikut sakit, ikut sedih, ikut kecewa, ikut menderita.

Setiap perempuan, kodratinya adalah seorang ibu. Yang dari rahimnya, terlahir generasi-generasi yang akan meneruskan kehidupannya di masa depan, di masa yang akan datang, di masa ketika sang ibu harus meninggalkan generasinya lebih dahulu.

Tidak penting 1 anak, 2 anak, 3 anak atau lebih sekalipun. Karena bilangan itu semua amanah yang harus perempuan pertanggungjawabkan hingga ke akhirat kelak. Di hari Allah akan bertanya, apa yang kita lakukan sebagai seorang ibu kepada putra-putrinya.

Jikapun bukan terlahir dari rahim kita. Maka anak-anak di belahan bumi ini adalah amanah ketika kita mampu merawat, menjaga, mendidik dan memberinya kasih sayang sebagaimana kita melimpahi buah hati biologis kita sejak awal dia di dunia.

Keguguran adalah fase dimana generasi kita tidak "terlahir". Walau sejatinya, dia berada pada tempat yang seharusnya. Kecewa hadir sebagai bagian dari rasa kemanusiaan. Bahagia pun seharusnya bisa muncul dalam hati saat berdamai dan paham bahwa amanah untuk kita ditangguhkan hadirnya. Tidak mudah berdamai dengan rasa itu. Maka berpalinglah kepada sang Pemberi Amanah.

Bu. Sungguh aku mengenalmu laksana mengenal tubuhku sendiri. Luka itu terasa oleh kami, para perempuan. Sedih itu menghujani keseharian karena kehilangan. 

Berdoalah. Hingga Allah kelak mengkaruniakan kembali amanah untuk kita. InsyaAllah.

_untuk seorang istri dan ibu yang menantikan amanah yang 'tertunda'_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar